Saturday, May 22, 2010

Serangga Mata-mata: Ancaman Pertahanan Masa Depan !

Tulisan ini pernah saya masukkan ke Kompasiana, saya repost lagi di sini.

Ilmu pengetahuan dan teknologi lebih cepat berkembang di saat perang, baik perang fisik yang kasar (misalnya Perang Dunia I dan II ) atau perang non-fisik yang halus (misalnya perang di bidang ekonomi). Sebagai contoh, Perang Dunia I memberikan pemicu yang baik untuk perkembangan teknologi dirgantara, Perang Dunia II menyebabkan munculnya teknologi-teknologi perang seperti tank, panser, pesawat terbang, dan lain-lain (dan konon kabarnya Adolf Hitler begitu pede untuk melawan Rusia dan sekutu karena pada masa itu teknologi termutakhir dimiliki oleh Jerman). Perang dingin memberi kontribusi besar pada teknologi persenjataan, mata-mata, bahkan perang dingin juga memicu kesadaran untuk memperkuat pertahanan dalam negeri. Bahkan teknologi internet yang kita gunakan sampai saat ini, pada awalnya juga bermula dari teknologi jaringan komunikasi untuk pertahanan yang dilakukan oleh DARPA (Defense Advanced Research Projects Agency), yaitu sebuah institusi di bawah Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang bertanggung jawab di bidang pengembangan teknologi baru untuk digunakan oleh militer.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tidaklah berhenti begitu saja. Masih banyak perang dalam artian denotatif dan konotatif yang menjadi motivasi para peneliti untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (dan memang nature peneliti itu harus terus berkreatifitas membuat inovasi-inovasi baru di bidang teknologi). Satu inovasi yang relatif baru adalah penggunaan mahluk hidup sebagai media pembawa peralatan canggih. Dalam artikel ini saya ambil penggunaan serangga, misalnya lalat atau ngengat, untuk digunakan sebagai sarana pengangkut sirkuit elektronik untuk tujuan mata-mata (misalnya kamera).

Sebuah artikel tahun 2007 yang dimuat di Washington Post mengindikasikan bahwa teknologi mata-mata kecil ini sudah digarap para ilmuwan di Amerika Serikat sejak beberapa tahun terakhir ini. Dalam bayangan saya, mungkin inovasi mereka adalah sebuah robot seukuran serangga. Ternyata, DARPA sendiri membuat satu inovasi yang berbeda melalui proyek The Hybrid Insect Micro-Electro-Mechanical Systems, atau gabungan sistem elektrik dan mekanik berukuran sangat kecil (mikro), yang tujuannya saya terjemahkan dari teks aslinya: “Membuat serangga pengangkut (kamera) yang memiliki saraf-saraf yang tumbuh dalam chip silikon internal, sehingga pengendali (manusia) dapat mengendalikan aktivitas mereka”.

Jelas bahwa inovasi ini mengusung teknologi neurocybernetics, yaitu teknologi komunikasi yang biasanya diaplikasikan ke dalam sistem mekanik dan elektrik, dengan menggunakan saraf mahluk hidup sungguhan. Catatan: bidang ilmu cybernetics sendiri biasanya hanya melakukan peniruan terhadap cara berkomunikasi pada saraf-saraf mahluk hidup, jadi tidak melakukan komunikasi menggunakan saraf mahluk hidup. Sedangkan neurocybernetics melakukan hal yang lebih “gila”, yaitu dengan menggunakan saraf mahluk hidup sebagai jalur komunikasi.

Bukan hal yang aneh dalam perkembangan riset dunia saat ini, di mana saraf mahluk hidup menjadi sasaran untuk inovasi lebih lanjut. Serangga mata-mata merupakan satu inovasi yang mendobrak, terutama karena penggunaan saraf mahluk hidup sebagai jalur transmisi sistem mekanik dan elektrik yang dicangkokkan pada serangga.

Riset teranyar yang sempat saya dapatkan adalah tentang implantasi sirkuit pengendali serangga dipublikasikan pada jurnal IEEE Transactions on Biomedical Engineering terbitan Juni 2009 oleh Prof. Amit Lal dan timnya, dengan judul publikasi Insect-Machine Interface Based Neurocybernetics. Prof. Amit Lal adalah salah satu peneliti di DARPA dan juga profesor pada School of Electrical and Computer Engineering , Cornel University, Amerika Serikat. Dalam publikasi tersebut pada intinya mengemukakan tentang prosedur Early Metamorphosis Insertion Technology (EMIT), yaitu prosedur implantasi chip Insect-Machine Interface (IMI) yang berfungsi sebagai antarmuka (atau “jembatan” ) komunikasi antara saraf serangga dengan pengendali eksternal di luar tubuh serangga tersebut. Dengan terimplantasinya IMI dalam tubuh serangga, berarti saraf serangga tersebut sudah dapat dikendalikan dari jarak jauh. Jadi misalnya si pengendali ingin melihat apa yang terjadi dalam area di sekitar rumahnya, dia tinggal memberi instruksi melalui sistem pengendali berbasis computer kepada IMI di tubuh serangga untuk mengarahkan serangga agar terbang ke luar rumahnya dan memotret semua titik di sekitar rumahnya.

Implantasi IMI ke jaringan saraf lalat (Amit Lal, et.al, "      Insect–Machine Interface Based Neurocybernetics", IEEE Transactions on Biomedical Engineering, vol. 56, June 2009.)

Implantasi IMI ke jaringan saraf Manduca sexta(Amit Lal, et.al, " Insect–Machine Interface Based Neurocybernetics", IEEE Transactions on Biomedical Engineering, vol. 56, June 2009.)

IMI sendiri adalah sirkuit elektronik yang merupakan satu bentuk mini dari Brain-Machine Interface (BMI) yang merupakan jembatan komnukasi antara sistem saraf di otak dan tubuh manusia. Riset tentang BMI sendiri sudah lama dilakukan, dan biasanya ditujukan untuk menghasilkan peralatan-peralatan bantu bagi orang-orang lumpuh. Prinsip dasar dari IMI / BMI adalah melakukan penterjemahan sinyal-sinyal yang lalu-lalang di jaringan saraf mahluk hidup ke dalam sinyal listrik, melakukan kodifikasi ke dalam bahasa computer level atas. Sinyal tersebut kemudian dikirim ke sistem pengendali melalui transmitter, pengendali kemudian memberikan sinyal instruksi kepada IMI / BMI untuk kemudian didekodifikasi ke dalam sinyal-sinyal saraf untuk dibawa oleh saraf menuju pusat pengendali saraf mahluk hidup (untuk manusia: otak).

Nah, dampak ke depannya, jika teknologi ini sudah jadi, inilah satu teknologi mata-mata yang sangat sulit diantisipasi oleh pihak yang dimata-matai. Saya berimajinasi, kalau di masa depan, pemilik teknologi ini akan dengan mudahnya melakukan pemotretan area yang termasuk rahasia oleh pihak yang dimata-matai. Sudah bukan zamannya lagi memata-matai menggunakan agen rahasia, atau pesawat anti radar. Kaum serangga akan menggantikan mereka. Untuk Indonesia, ini merupakan ancaman pertahanan negara yang harusnya disikapi dengan sangat serius. Bayangkan saja, sebuah rapat kabinet mendadak, sangat genting, ternyata "dihadiri" juga oleh ngengat, kupu-kupu, atau lalat yang telah diimplantasi sistem IMI yang ikut mendengarkan dengan seksama dan mengirimkan informasi ke negara pengirim dalam tempo yang sesingkat-singkatnya !